Rabu, 21 Oktober 2015

Santai Prajurit Tempo Doeloe

Perajurit juga manusia dan perlu juga waktu bersantai disaat tidak bertugas

Add caption
Orang-orang bumiputera yang tempat tinggalnya dekat tangsi militer tentara Belanda tak memiliki pilihan lain untuk menyalurkan hajatnya. Mereka mencuci baju, mandi, dan buang hajat "terpaksa" berbagi dengan para serdadu Belanda. Bahkan menurut Johan van Duppre (mantan serdadu Belanda), perempuan-perempuan kampung sekitar tangsi bahkan ada yang menjadi penjual jasa mencuci baju bagi para tentara Belanda.
(SUMBER ; koleksi foto Flip Peeters (MANTAN PRAJURIT BELANDA di Indonesia pada 1946-1949 Lokasi dan waktu un-known)..
Di sela-sela waktu libur patroli, sekelompok tentara Belanda totok tengah mencari sesuatu di pematang sawah.
(sumber ; Flip, mantan serdadu Belanda yang dikirim ke Jawa pada 1946-1949. Waktu dan Lokasi Un-Known)







MARINIR BELANDA USAI MENYERANG LUMAJANG.
Marinir Belanda dikenal sebagai pasukan yang "agak patuh" pada etika perang yang diatur dalam Konvensi Jenewa. Selain kerap memperlakukan gerilya-gerilya Republik yang tertawan secara baik-baik (bahkan mengobati musuh yang terluka), mereka pun dikenal "santun" memperlakukan sesuatu yang dihormati musuhnya.
Pada foto ini, Memperlihatkan sekelompok marinir Belanda yang tengah santai-santai dengan makan pisang dan buah kelapa di sebuah hotel yang tadinya dididuki oleh para gerilyawan republik. Perhatikan simbol-simbol republik seperti foto Presiden Sukarno, bendera merah putih dan pamplet perlawanan bergambar prajurit republik dengan tulisan "merdeka", yang ada di belakang mereka. Tak satu pun mereka berusaha merusak dan menghancurkannya.
Seorang mantan pejuang Surabaya pernah menyatakan bahwa para marinir Belanda ini ketika menguburkan jenazah seorang gerilyawan dengan upacara militer lengkap dengan penembakan salvo sebagai penghormatan terhadap musuh yang pemberani.
Sekelompok prajurit Siliwangi tengah istirahat dan bersantai usai berhadapan dengan gerilyawan-gerilyawan Republik Maluku Selatan (RMS). Ada sekitar 3000 prajurit Siliwangi yang bergabung dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dalam operasi di Maluku Selatan tersebut. Mereka terdiri dari Batalion 3 Mei, Batalion Lucas dan Batalion AW3. Menurut Komandan Operasi Penumpasan RMS, Kolonel Kawilarang, kendati hanya menghadapi sebuah pemberontakan namun perjuangan berat harus dilakukan oleh para prajurit APRIS mengingat sebagian musuh yang mereka hadapi adalah para anggota RST ( Regiment Speciale Troepen), pasukan khusus RMS yang terdiri dari bekas pasukan komando militer Belanda (KST).








Tidak ada komentar: